Minggu, 08 Februari 2009
AMONIA dan H2S
Amonia yang terdapat pada kolam merupakan produk hasil metabolisme dan pembusukan senyawa organik oleh Bakteria.
Di air, amonia nitrogen mempunyai dua bentuk yaitu bentuk ammonia (NH3) bukan ion dan ion ammonium (NH4+). NH3 bukan ion adalah racun untuk ikan sedangkan ion NH4+ tidak berbahaya kecuali bila konsentrasinya sangat tinggi. Tingkat daya racun ammonia NH3 bukan ion dalam kolam dengan kontak yang berlangsung singkat adalah antara 0,6 – 2,0 mg/l. Batas pengaruh yang mematikan dapat terjadi bila konsentrasi NH3 bukan ion pada air kolam sekitar 0,1 – 0,3 mg/l. pH dan suhu air dapat mengatur perbandingan jumlah ammonia yang menjadi bentuk bukan ion. Kenaikan setiap 1 unit pH dapat menyebabkan peningkatan kelipatan 10 ammonia bukan ion. Pada suhu 28oC, prosentase jumlah ammonia bukan ion adalah pH 7 = 0,70 %; pH 8 = 6,55 %; pH 9 = 41,23 % dan pada pH 10 = 87,52 %. Jarang sekali terjadi kepekatan NH3 mencapai suatu konsentrasi tinggi yang dapat mengganggu pertumbuhan ikan. Konsentrasi NH3 yang tertinggi biasanya terjadi setelah fitoplankton mati, kemudain diikuti dengan penurunan pH karena konsentrasi CO2 meingkat.
H2S
Air kolam yang mengandung asam sulfida (H2S) tidak terionisasi (bentuk molekul) dengan konsentrasi kurang dari 1 mg/l akan berakibat fatal bagi ikan. pH rendah memberikan peluang terjadinya H2S tidak terionisasi. Pada budidaya ikan bila pH air kolam rendah atau asam karena mengandung H2S (meskipun hal ini jarang terjadi) dapat diatasi dengan menambahan kapur.
Di beberap lahan kolam, tanahnya masih dijumpai mengandung sulfida seperti daerah pertambangan batubara atau sepanjang pantai yang datar. Bila sulfida kontak dengan udara, maka sulfida akan dioksidasi menjadi asam sulfat (H2SO4) yang kemudian terlepas dari ikatan tanah dan mengakibatkan pH tanah menjadi sangat rendah atau asam. Tidak dianjurkan untuk membuat kolam di daerah tersebut kecuali tersedia cukup soda untuk menentralkan tingkat keasaman yang terjadi.
pH dan Karbondioksida
pH adalah suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 0 - 14 dan pH 7 adalah netral berarti tidak bersifat basa maupun asam.
Bila nilai pH di bawah 7 berarti air tersebut asam dan bila diatas 7 berarti basa.
pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida (CO2) dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesa sehingga mengakibatkan pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada waktu malam hari. Air dengan total alkalinitas yang rendah biasanya mempunyai nilai pH sekitar 6 – 7,5 pada waktu pagi hari, tetapi bila plankton berkembang menjadi banyak maka pH air akan meningkat sampai 10 atau lebih pada waktu sore hari.
Fluktuasi pH pada air yang total alkalinitasnya lebih tinggi biasanya sekitar 7,5 atau 8 pada siang hari dan sekitar 9 atau 10 pada sore hari.
Di beberapa perairan yang total alkalinitasnya tinggi dan terutama pada perairan yang airnya sangat tinggi jumlah alkalinitas dengan tingkat kesadahan yang rendah, nilai pH akan meningkat mencapai di atas 11 selama periode proses fotosintesa yang berlangsung dengan cepat. Dengan demikian pengukuran pH untuk mengetahui pola perkembangan pH air kolam, harus dilakukan pada waktu subuh dan sore hari. Bila pH air kolam sekitar 6,5 – 9 pada waktu siang hari maka kondisi tersebut adalah yang terbaik untuk produksi ikan. Beberapa kolam menerima air dari tanah yang asam dan dari rawa, pH air kolam diperkirakan terlalu asam sehingga tidak sesuai dengan produksi ikan. Bila pH air kolam terlalu basa berarti mempunyai nilai pH yang terlalu tinggi untuk budidaya ikan.
Air kolam yang mempunyai keasaman pada pH 4 dan kebasaan pada pH 11 merupakan titik kematian bagi ikan. Meskipun ikan akan bertahan untuk hidup pada pH 4 – 6 dan pH 9 – 10 tetapi produksi yang dihasilkan sangat rendah. Pada sore hari biasanya pH air kolam meningkat sampai 9 – 10 untuk beberapa waktu tanpa menimbulkan pengaruh yang merugikan kehidupan ikan. pH dengan kisaran 6,5 – 9 merupakan kisaran yang baik untuk produksi.
Karbondiokasida
Ikan mempunyai toleransi terhadap konsentrasi karbondioksida (CO2) yang tinggi di dalam air, tetapi ikan akan menghindar bila konsentrasi CO2 tersebut lebih rendah dari 5 mg/l. Hampir semua jenis ikan dapat hidup pada air yang mengandung CO2 sebesar 60 mg/l asalkan konsentrasi oksigen terlarutnya tinggi. Apabila konsentrasi oksigen terlarut rendah maka CO2 akan menghambat pemakaian oksigen oleh ikan. Bila konsentrasi oksigen terlarut rendah maka konsentrasi CO2 dalam air sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena CO2 yang dibebaskan pada waktu bernafas (respirasi) digunakan dalam fotosintesa. Bila oksigen terlarut rendah maka forosintesa akan berlangsung perlahan – lahan. Oleh karena itu konsentrasi CO2 meningkat bila CO2 yang dibebaskan melalui respirasi tidak diserap oleh fitoplankton untuk fotosintesa. Karena adanya hubungan yang erat antara CO2 dengan respirasi dan fotosintesa, maka konsentrasi CO2 ini biasanya meningkat pada waktu malam hari dan menurun kembali pada waktu siang hari. Konsentrasi CO2 meningkat terutama bila fitoplankton mati karena hilangnya stratifikasi suhu dalam air dan juga bila cuaca mendung.
Plankton
Plankton adalah semua jenis jasad renik yang larut dalam air yang terdiri dari jasad renik nabati (fitoplankton), jasad renik hewani (zooplankton) dan bakteri.
Fitoplankton menggunakan garam – garam anorganik, karbondioksida (CO2), air dan cahaya matahari untuk memproduksi makanannya.
Zooplankton memakan plankton hidup atau yang mati dan bahan – bahan organik lainnya yang berukuran sangat kecil yang ada di dalam air.
Bakteri menggunakan segala jenis jasad organik yang sudah mati untuk makanannya.
Kekeruhan air yang disebabkan oleh plankton dapat mendorong pertumbuhan ikan dan mencegah pertumbuhan tanaman – tanaman air yang tidak dikehendaki karena menimbulkan bayangan yang memberikan keteduhan pada kolam.
Walaupun terjadinya plankton bloom memberikan manfaat bagi kolam ikan karena produksi plankton lebih besar daripada yang digunakan untuk pertumbuhan ikan, namun plankton bloom yang padat biasanya mengandung sejumlah besar ganggang hijau biru yang padat terapung berbuih dipermukaan. Hal ini akan menyerap panas dan menyebabkan terjadinya stratifikasi suhu yang dangkal (pada siang hari). Pada malam hari plankton bloom akan mengkonsumsi sejumlah besar oksigen terlarut sehingga oksigen yang tersedia akan habis terpakai menjelang pagi harinya. Ganggang hijau biru ini dapat mati dengan tiba – tiba kemudian terurai dan menyebabkan habisnya oksigen terlarut yang ada. Selian menimbulkan masalah kekurangan oksigen, organisme dalam plankton bloom kerapkali menghasilkan senyawa penyebab bau lumpur pada ikan yang dipelihara.
Ada beberapa cara untuk mengukur jumlah plankton dalam kolam, tetapi umumnya kurang praktis untuk digunakan di lapangan. Cara yang praktis adalah dengan menggunakan Secchi Disc (Keping Secchi).
Alat Secchi adalah keping berbentuk keping berbentuk lingkaran bergaris tengah 20 cm yang terbagi 4 bagian dengan warna hitam dan putih berselang seling setiap bagiannya. Skala kecerahan aalat secchi adalah suatu batas kedalaman yang menyebabkan hilangnya warna dari pandangan pada saat alat tersebut dibenamkan.
Menciptakan kekeruhan ideal yang disebabkan oleh plankton untuk budidaya ikan merupakan pekerjaan yang sulit. Kenampakan alat secchi pada kedalaman 30 – 60 cm umumnya sudah cukup baik untuk produksi ikan dan dapat mencegah pertumbuhan tanaman air tingkat tinggi. Bila nilai secchi kurang dari 30 cm, maka dapat terjadi peningkatan masalah oksigen terlarut sedangkan pada nilai lebih dari 60 cm maka sinar matahari akan menembus ke bagian yang lebih dalam dan hal ini akan mendorong pertumbuhan mikropita dan akibatnya jumlah plankton yang tersedia untuk pakan ikan akan berkurang.
Populasi atau komunitas plankton selalu mengalami perubahan dalam komposisi jenis dan jumlahnya. Hal ini menyebabkan berfluktuasinya pembacaan alat secchi dan kenampakan air kolam. Perubahan populasi plankton ini mungkin tidak akan mempengaruhi produksi ikan secara nyata, namun bila plankton berkembang menjadi padat, maka selain akan timbul masalah kurangnya oksigen terlarut atau sebaliknya apabila plankton terlalu sedikit akan mendorong tumbuhnya tanaman air.
Kemampuan air untuk memproduksi plankton akan tergantung dari banyak faktor, tetapi faktor yang terutama adalah tersedianya hara anorganik untuk pertumbuhan fitoplankton. Elemen – elemen yang berguna untuk pertumbuhan fitoplankton termasuk oksigen adalah karbon, hidrogen, phosphot, nitrogen, sulfur, kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, mangan, tembaga, seng, boron, kobal, khlorida dan lain – lain. Fosfor merupakan elemen yang mendorong pertumbuhan fitoplankton secara teratur di kolam. Penambahan pupuk fosfat secara optimum menyebabkan produksi plankton dan ikan meningkat sebaliknya bila suplay nitrogen, kalium dan karbon tidak cukup maka jumlah fitoplankton menjadi sangat terbatas.
Kolam yang tidak diberi pupuk tetapi terletak di daerah padang rumput akan tinggi kandungan haranya, kesadahan air yang lebih tinggi, produksi planktonnya tinggi dan airnya kurang jernih bila dibandingkan dengan kolam yang terletak di tengah hutan yang juga tidak diberi pupuk.
Meskipun kesuburan kolam sanagt tergantung dari pengelolaan dan kesuburan lahan di sekitar kolam, namun tingkat produksi plankton dihampir setiap kolam dapat ditingkatkan sesuai dengan kisaran yang diperlukan dalam usaha untuk memperoleh produksi ikan yang tinggi.
Pupuk anorganik perlu juga ditambahkan pada kolam yang tingkat kesuburannya rendah untuk meningkatkan produksi plankton.
Pada beberapa kolam, penambahan kapur, pupuk anorganik maupun pupuk alam diperlukan di dalam usaha untuk meningkatkan produksi plankton.
Pupuk dari limbah ternak (pupuk kandang) dapat meningkatkan produksi plankton.











